
JD.ID resmi mengumumkan bahwa mereka akan menutup keran pemesanan pada 15 Februari 2023 sebagai persiapan dihentikannya kegiatan operasional mereka yang efektif dilakukan pada tanggal 1 Maret 2023.
Kabar duka ini jelas menjadi sebuah kejutan bagi para konsumen yang sudah setia berbelanja di layanan e-commerce yang kondang dengan slogan “Dijamin Ori” tersebut. Padahal, JD.ID cukup diminati berkat keterjaminan produk dan banyaknya voucher ongkir yang dibagikan perusahaan kepada para pelanggan.

Namun, JD.ID bukanlah yang pertama. Sebelumnya sudah banyak e-commerce populer di Indonesia yang tutup lapak. Apa saja? Inilah daftarnya!
1. Elevenia

Elevenia awalnya merupakan usaha gabungan yang diinisiasi XL Axiata dan SK Planet. Jauh sebelum Tokopedia dan Shopee mutlak mendominasi seperti saat ini, Elevenia sempat diperhitungkan sebagai sentra belanja online masyarakat dan bertengger di papan atas tangga popularitas. Akan tetapi, cerita bahagia e-commerce ini hanya berlangsung singkat.
Masalah yang dialami Elevenia pelik, namun bermuara pada persoalan klasik. Yakni beratnya kerugian yang mesti ditanggung akibat praktik “bakar uang” melalui program potongan harga dan ongkos pengiriman. Sempat diakuisisi oleh PT Saling Group dan mengubah strategi bisnisnya, Elevenia terpaksa gulung tikar efektif sejak tanggal 1 Desember 2022.
2. Blanja

Blanja resmi ditutup permanen pada tanggal 1 September 2020 setelah beroperasi sejak tahun 2014. Apa di antara kamu ada yang sempat berbelanja online di sini?
Blanja lahir dari inisiasi gabungan (joint venture) Telkom dan Ebay. Selain berbelanja lewat para pedagang lokal, konsumen Indonesia juga dapat melakukan pembelian produk dari situs lelang dan penjualan barang bekas populer, Ebay dengan lebih mudah dan transparan tanpa biaya tersembunyi.
Sebagai bagian dari usaha pemerintah, Blanja juga rutin menjual produk-produk pokok seperti minyak goreng, gula, hingga beras langsung dari BUMN. Sayangnya, Blanja dianggap kalah saing dengan e-commerce lain yang menawarkan produk yang lebih variatif dan harga bersaing.
3. MatahariMall.com

Hadirnya pusat perbelanjaan produk busana Matahari di berbagai kota besar di Indonesia dimanfaatkan oleh Lippo Group dengan meluncurkan versi online-nya pada tahun 2015 dengan nama MatahariMall.com.
MatahariMall.com menjual aneka produk mulai dari elektronik, fesyen, perabotan rumah tangga, hingga sembako yang lengkap dengan sub-kategorinya masing-masing. Kini, MatahariMall.com sudah tutup lapak dan berganti bendera menjadi Matahari.com dengan fokus yang bergeser sepenuhnya menjadi aplikasi penjualan produk-produk fesyen saja.
4. Qlapa

Aplikasi ini mengisi ceruk khusus yang jarang dilirik oleh e-commerce besar. Qlapa mewarnai persaingan jual beli online dengan menawarkan produk kerajanin seperti sepatu, tas anyaman, hingga suvenir daerah. Sebagian besar produk yang dijual di aplikasi Qlapa merupakan buatan tangan yang diperoleh langsung dari para pelaku UKM.
Namun, walau misi dan tujuan mereka sangat patut dipuji, Qlapa tetap terpaksa mengakhiri kegiatan operasionalnya setelah empat tahun berjuang. Mandeknya perkembangan bisnis dan minimnya minat masyarakat terhadap produk-produk kerajinan lokal disinyalir menjadi alasan utama kegagalan e-commerce ini di Indonesia.
5. Fabelio

Seperti Qlapa, Fabelio juga menawarkan jenis produk spesialisasi, dalam hal ini ragam furnitur seperti sofa, kursi, hingga meja kerja dan belajar. Banyak produk di etalase Fabelio yang tidak dapat ditemukan di e-commerce lain. Fabelio tidak hanya mengandalkan kehadiran online, mereka juga punya sejumlah outlet offline dan showroom di beberapa kota.
Sialnya, pandemi COVID-19 menghantam pondasi keuangan perusahaan dan mengakibatkan penurunan penjualan furnitur yang sangat drastis. Menipisnya dana investasi dan kesulitan untuk memenuhi permintaan pelalanggan membuat Fabelio makin terpuruk.
Tahun 2021 lalu nama Fabelio juga ramai diperbincangkan di dunia maya akibat maraknya keluhan para pegawai mereka yang mengaku belum mendapatkan hak gaji mereka. Rumitnya efek domino ini memaksa perusahaan mengajukan kebangkrutan pada Oktober 2021.
Tutupnya JD.ID dan kelima e-commerce populer ini menjadi pertanda bahwa persaingan di bisnis jual beli online sangat sengit. Tanpa perencanaan strategi yang matang serta dana investasi melimpah untuk “bakar uang”, sulit bagi perusahaan untuk bertahan.
Menurut kamu, akankah e-commerce yang masih beroperasi saat ini ada yang akan menyusul takdir pahit yang dialami JD.ID dan kawan-kawannya ini?