Dengan semakin melesatnya popularitas Tik-Tok dan Instagram, tren pembuatan konten sepertinya belum akan memudar dalam waktu dekat. Untuk menghasilkan konten yang berkualitas, kecemerlangan gagasan saja belum cukup. Kamu juga perlu didukung oleh perlengkapan yang memadai pula.
Kebetulan sekali nih, Sony baru meluncurkan Sony ZV-1F. Sebuah kamera saku tipe point-and-shoot yang menjamin reproduksi konten kamu jadi lebih bagus dan nyaman ditonton. Dan dibandingkan kamera kelas profesional, kamera ringkas seperti ini lebih ramah dan mudah untuk dikuasasi bahkan oleh pemula sekalipun.
Spesifikasi Sony ZF-1V
Kamera saku ini masih mengandalkan sensor BSI-CMOS 20.1MP Exmor RS CMOS yang sama sebagaimana yang dipakai oleh pendahulunya, ZV-1. Tapi bukan berarti kamera ini tidak mengalami peningkatan.
Baca juga: Kamera dan Display Google Pixel 7 Pro Rajai Ranking DxOMark
Fitur variable zoom lens dihilangkan dan digantikan oleh lensa fixed f/2.0 setara 35mm yang mempersembahkan cakupan pandang yang lebih lebar. Keputusan ini diambil karena dianggap lebih cocok dimanfaatkan oleh pengguna yang gemar menghasilkan konten video.
Pengguna kamera ini juga tak perlu lagi mencari formula pembesaran lensa terbaik untuk gambarnya. Terutama apabila mereka cenderung mengambil foto atau video selfie serta objek panorama lanskap seperti pegunungan atau danau.
Benar saja, Sony ZV-1F memang dirancang untuk mempermudah penggunaan. Kamera ini, misalnya, mendukung fitur Eye AF yang secara otomatis dapat mengunci fokus pada mata dan wajah manusia. Sementara Face Priority AE memastikan bahwa wajah subjek pada foto akan senantiasa terekspos dengan baik.
Soal video, kamera yang mengemas layar sentuh TFT LCD berukuran 7,5 inci ini sanggup merekam video pada resolusi 4K dengan kecepatan 30fps. Meski belum bisa 60fps, tapi kamu harus tahu bahwa kualitas video dari kamera dedicated kemungkinan besar bakal lebih bagus kualitasnya dibandingkan hasil video dengan standar format yang sama dari kamera smartphone.
Terlebih Sony sudah menyediakan ragam profil gambar untuk kebutuhan sinematik seperti S-Log2, S-Log3, dan HLG. Selain itu, pengguna juga dapat merekam video secara vertikal dengan rasio yang ditentukan. Faktor ini membuatnya ideal sebagai kamera yang ditujukan untuk kreator konten yang banyak berkarya di platform Tik-Tok atau Instagram.
Untuk merekam suara, Sony ZV-1F sebetulnya sudah menyediakan tiga mikrofon kapsul di dalam bodinya. Namun, pengguna tetap disarankan untuk menggunakan mikrofon eksternal yang lebih baik. Port microUSB yang dikeluhkan banyak pengguna di ZV-1 kini sudah digantikan oleh USB-C.
Sony ZV-1F makin memantapkan dirinya sebagai kamera saku yang andal karena memiliki sebuah fitur yang mirip dengan kamera aksi. Fitur tersebut adalah Active Mode.
Sesuai namanya, ini adalah fitur stabilisasi gambar yang akan membantu pengguna untuk mengabadikan gambar atau video dengan hasil yang jauh lebih stabil, meski dalam kondisi jalan kaki atau bahkan lari sekalipun.
Mode Slow & Quick memungkinkan pengguna untuk memperlambat atau mempercepat tayangan video tanpa perlu diolah lagi di aplikasi pihak ke-3. Fitur ini akan sangat berguna mengingat saat ini sedang banyak tren video yang menggunakan konsep semacam itu.
Fitur lainnya yang akan sangat berguna bagi kreator konten spesialisasi media sosial adalah Shot Mark. Dengan mode ini, kamu dapat memangkas duasi video dengan template waktu 15, 30, atau 60 detik. Sejalan dengan format tayangan video yang diberlakukan di Instagram atau Tik-Tok.
Harga Sony ZV-1F dan Ketersediaannya di Indonesia
Sony ZV-1F sudah dijual bebas pada bulan Oktober 2022 ini dengan harga USD 500 atau sekitar Rp 7,6 jutaan. Belum ada info soal kapan kamera saku kreator konten ini akan tersedia di Indonesia.
Namun, berdasarkan hasil pantauan kami di situs web resmi Sony Indonesia, sudah terbit laman penjelasan produk ini dengan label bertuliskan “Segera Tersedia” di bagian pojok kanan atasnya.
Faisal Bosnia
Penulis partikelir yang menaruh minat pada dunia gawai dan segala keajaiban yang terjadi di dalamnya serta gamer purnawaktu dengan survival horror sebagai cinta pertamanya.
